FF KYUMIN | FUDUS ORORPUS | REMAKE | YAOI | PART 1


A KYUMIN FANFICTION

.

Presented by Sevy Lelibriani © 2013

.

FUDUS ORORPUS

.

Disclaimer : the story belongs to me, idea of story is from Julia Stevanny, all casts belong to god, their parents, and them selves. This is REMAKE fict. So, if you don’t like this fict, please out without bashing.

.

Warning : Boys Love | EYD tidak sesuai | typo (s) | aneh

.

Summary : Perempuan tua aneh itu datang pada suatu hari dan mengacaukan hidup Sungmin. “FUDUS ORORPUS!” katanya dengan suara bergetar mengerikan. Matanya membelalak dan tangannya bergerak-gerak liar. “Naik, Turun, Lurus, Terputus… oh, nasibmu sangat buruk, Nak! Kau dilahirkan tanpa garis jodoh! Kau di takdirkan untuk menjadi perjaka tua!”

 

Story begin

.


~oOoOo~

 

.

Perempuan tua aneh itu datang tiba-tiba pada suatu siang dan mengacaukan hidupku. Dia mengetuk pintu, dan adik bungsuku, Taemin, mengizinkannya masuk. Bahkan memberinya segelas air. Katanya kasihan. Penampilan perempuan itu memang memelas, kuduga ia pengemis yang kelaparan.

Setelah meneguk habis air yang di berikan Taemin, dia mengucapkan terimakasih dengan suaranya yang serak, dan pada saat itu aku menyadari keanehan lainnya. Tangan kiri perempuan itu menenteng bola kaca bening. Dan sekarang bola itu bergetar dan warna bening di dalamnya berubah menjadi berkabut.

“Kau ingin meramal Kristal Sakti Kecilku?” perempuan itu terkekeh. Aku, ketiga kakakku, dan kedua adikku terpana.

“Halmeoni bisa meramal?” seru Taemin terperangah penuh kagum. “Ayo ramal kami, Halmeoni!”

Sudut bibir perempuan itu terangkat mencoba tersenyum, tapi hasilnya lebih mirip seringai, kemudian ia terkekeh lagi. Aku memerhatikan, kabut dalam bola Kristal itu sekarang berubah menjadi biru.

“Kamu…!” tiba-tiba perempuan tua itu berteriak. Telunjuknya terarah ke Jaejoong, kakakku yang paling tua. Aku melihat wajah Jaejoong memucat. Dalam gumaman mirip bisikan perempuan tua itu berkata, “Bintang bagus. Tahun ini peruntunganmu baik… puncak hari yang kau nanti-nanti akan tiba pertengahan Juli. Selamat, kau telah memilih calon suami yang sempurna.”

Kening Jaejoong berkerut heran. Pertengahan Juli nanti dia memang akan menikah dengan Yunho, tunangannya, setelah mereka pacaran selama dua belas tahun. Bagaimana perempuan tua ini bisa tahu?

Tanpa memedulikan kami yang terheran-heran, perempuan itu mengalihkan telunjuknya ke Ryeowook, kakakku yang kedua.

“Kamu…!” Ryeowook terlonjak. “Sudah berbulan-bulan lulus dan belum juga dapat pekerjaan? Tenangkan hatimu dan hilangkan kekhawatiranmu. Bulan depan kau akan mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar…”

Kemudian perempuan tua itu beralih menatap kakakku yang ketiga, Heechul. Heechul balas menatapnya dengan tatapan harap-harap cemas. “Belum pernah kulihat cabang semulus ini. Garis kaya, garis kaya, dan garis kaya lagi. Seumur hidup kau di takdirkan berlimpah harta. Lahir dalam keluarga berkecukupan, dibesarkan dalam keluarga berkecukupan, dan kelak kau akan menikah dengan orang yang sangat kaya…” Heechul menghela napaslega.

Sekarang perempuan itu memandangku, “Naik. Turun. Lurus. Terputus… oh, tidak! Tidak mungkin! Fudus Ororor! Kau dilahirkan tanpa garis jodoh. Kau ditakdirkan untuk jadi perjaka tua!”

Kepalaku terasa dihantam beban jutaan ton. Perjaka tua? Merasa hal itu lucu, Ryeowook dan Heechul langsung terkikik. Dengan perasaan masih setengah gamang aku memerhatikan perempuan itu yang kini beralih menatap Kibum, adikku. Dia berkata, “Bintang cemerlang. Otak cemerlang. Si jenius ini akan menjadi orang besar dan terkenal suatu hari nanti!”

Kemudian terakhir dia menatap Taemin, “Hati yang baik. Hati yang mulia. Kebaikan menjaga keberuntungan bersinar atasmu. Segala yang kau lakukan akan selalu berhasil. Kerja keras bukanlah takdirmu. Bahagia adalah nasibmu.”

Bola Kristal itu berhenti bergetar dan berubah menjadi bening lagi, “Demikianlah kata fudus ororpus –Ramalan Sang Dewa- ramalan paling benar di dunia dan tak pernah salah!” kemudian ia melangkah pergi.

.

.

~oOoOo~

.

.

Bagiku, diramal menjadi perjaka tua adalah hal terburuk. Aku tak ingin hal itu dibicarakan lagi, tapi rupanya seluruh keluargaku –terutama Ryeowook dan Heechul- mengaggap itu gossip hot yang layak di diskusikan terus menerus. Saat makan malam sambil terkikik mereka meneruskan berita menyebalkan ini pada Umma dan Appa.

“Tadi siang ada peramal datang kesini,” Ryeowook langsung membuka suara. Matanya melirikku.

“Peramal?” kening Umma berkerut. Bahkan Appa berhenti mengunya dan menatap Ryeowook.

“Iya, dia meramal kami dengan ramalan paling top di dunia…” ujar Heechul bersemangat, “Fudus ororpus, itu nama ramalannya,” tambah Kibum, seraya menaikan kacamatanya yang melorot.

“Ramalannya benar-benar tepat. Dia bisa tahu kalau pertengahan Juli Jaejoong mau menikah,” kata Heechul.

“Fudus Ororpus… adalah satu-satunya ramalan paling tepat di dunia. Peramalnya keturunan langsung dari Dewa Nasib. Mereka reinkarnasi sang dewa, dan disebut ororor.”

“Ororor?” kening Ryeowook berkerut. Bagus, sekarang perhatian semua orang beralih ke Kibum. “Maksud kamu perempuan itu keturunan dewa?”

“Ya” jawab Kibum bersemangat. Aku rasa dia senang semua orang mendengarkan perkataannya. Jujur saja ini jarang terjadi. Biasanya pidato ilmiah Kibum Cuma didengarkan sambil lalu dengan wajah bosan, tapi lebih sering di potong dengan cemoohan Heechul. “Dalam satu generasi kehidupan manusia Cuma hidup seorang ororor saja. Sebagai orang paling istimewa di sunia, ororor bisa berasal dari Negara mana saja. Ororor pertama berasal dari Timor Tengah. Kalau ororor tadi, berasal dari pedalaman Daegu –ororor pertama yang berasal dari Korea.

“Darimana kamu tahu semua itu?” Tanya Jaejoong sambil menatap Kibum curiga, “Ensiklopedia!” jawab Kibum.

“Tapi… aneh, ya… bagaimana peramal tua itu bisa ke rumah kita?” Tanya Jaejoong heran. “Panggilan hidup. Ororor bisa datang tiba-tiba ke tempat mana saja yang ia inginkan, dan memberi ramalan nasib pada orang yang berbuat baik padanya.”

“Kita, kan tidak berbuat apa-apa padanya?” Jaejoong mengangkat bahu bingung. “Taemin memberi minum padanya,” kata Kibum.

“Taemin memang pintar,” Kata Heechul seraya mengusap kepala Taemin bangga. “Berkat Taemin kita jadi beruntung diramal oleh peramal paling hebat di sunia. Aku tidak sabar menceritakannya pada teman-temanku besok.”

“Jangan!” teriakku tanpa sadar. Ryeowook terbahak, “Eh, ada yang taku rahasianya terbongkar…” katanya usil, “Aku tidak takut, aku tak pernah percaya pada ramalan.”

Appa berdeham.

“Sebenarnya apa yang peramal itu katakan?”  aku terhenyak. Wajahku terasa memanas, ramalan ini benar-benar memalukan. Rasanya aku ingin membekap mulut Ryeowook yang sekarang sedang menjelaskan dengan berapi-api.

“Begini Appa… Jaejoong diramal bahwa nasibnya bagus dan hari yang ia tunggu-tunggu akan terjadi pertengahan Juli nanti. Itu benar, kan? Dia akan menikah pertengahan Juli nanti. Aku diramal akan dapat pekerjaan bulan depan. Heechul diramal akan menikah dengan orang yang sangat kaya, Kibum akan orang terkenal berkat kecerdasannya, dan Taemin akan hidup bahagia. Semuanya bagus… kecuali Sungmin… dia diramal akan jadi perjaka tua.”

Umma dan Appa tampak kaget.

“Ramalan itu tidak benar!” bantahku.

“Aniya! Ramalan itu benar. Dilihat dari luar saja sudah kelihatan. Diantara kita, Sungmin, kan yang wajahnya paling jelek…” balas Heechul tajam. Ini sudah keterlaluan, aku ingin membalas. Tapi suaraku seakan tercekat. Bibirku gemetar. Tanpa dapat kuatahn air mataku tumpah. Aku berlari ke kamar.

Samar-samar aku mendengar Heechul di marahi habis-habisan.

.

.

~oOoOo~

.

.

Hatiku mencelos ketika mengingat sindiran Heechul tadi, benarkah aku paling jelek dalam keluarga? Hanya perlu berpikir beberapa detik, dan itu membuat pikiranku down. Semua saudaraku seperti pinang dibelah lima. Mereka namja yang sangat cantik. Wajah eksotis, kulit putih bersih, mata bulat besar, postur semampai. Sementara aku? Sambil menggerutu aku berdiri menatap cermin. Kupandangi bayanganku. Tubuh pendek dan berisi, pipi temba. Kupandangi wajahku. Menurutku, tak terlalu jelek. Tapi dengan berat hati aku harus mengakui, tampangku memang langsung jatuh jika di bandingkan dengan lima saudaraku.

Tok tok tok

“Masuk,” kataku. Siluet tubuh Umma muncul dari balik pintu

“Umma…”

“Kau tak apa-apa, Chagiya?” aku menggeleng, berusaha tersenyum. Umma memelukku, “Dengarkan Umma, Sungmin. Dulu waktu Umma kecil, seorang peramal pernah datang ke rumah dan meramal Nari Ahjumma. Peramal bilang, Nari ahjumma tidak akan bisa hidup lebih dari tujuh belas tahun. Nari Ahjumma jadi sangat ketakutan. Dia terus memikirkan hal itu hingga ia jadi pemurung, semangat hidupnya hilang dan akhirnya ia jatuh sakit-

“Haraboji sangat khawatir dan akhirnya ia berbicara pada Nari Ahjumma, dia bilang ‘Kalau kamu terus-terusan bersikap seperti ini kamu betul-betul akan meninggal, Nari. Bukan karena ramalan itu, tapi karena kemauanmu sendiri. Nasib seseorang ada ditangan orang itu sendiri, bukan ditangan orang yang bisa membaca nasib sekalipun’. Ucapan Haraboji berhasil membuat Nari Ahjumma tersadar. Dan lihat, sampai di usianya yang ke 39 sekarang dia masih sehat-sehat saja, kan?”

Aku mengagguk.seketika perasaanku jadi lebih tenang.

“Apapun yang dikatakan peramal itu jangan kamu dengarkan dan jangan masukan ke hati semua perkataan Heechul. Kau tahu sendiri, kan kalau Heechul bermulut tajam.”

.

.

~oOoOo~

.

.

Hari pertama masuk sekolah di tahun yang baru seharusnya diwarnai dengan semangt baru, namun tidak denganku. Aku berjalan memasuki area sekolahku dengan lesu.

“Hai!” tiba-tiba seseorang menepuk pundakku keras. Aku menoleh kaget. Dibelakangku berdiri seorang namja manis berperawakan tinggi dan tersenyum lebar memamerkan gummy smile-nya yang membuatnya tampak semakin menarik.

“Eunhyuk-ah, kau membuatku kaget saja.” Dia Eunhyuk sahabatku. “Kenapa kau terlihat lesu?” dia berjalan menjajari langkahku. Dia memerhatikan wajahku, “Ada apa? Bertengkar lagi dengan Heechul?” aku mengangguk. Akhirnya aku menceritakan semua kejadian kemarin. Termasuk bagian aku diramal akan menjadi perjaka tua.

“Jadi kalian bertengkar gara-gara itu?”

“Ryeowook dan Heechul tak ada hentinya mengejekku. Hyuk, gimana kalau ramalan itu benar terjadi?”

“Jangan bodoh, orang jaman sekarang percaya ramalan? Pakai akal sehatmu, Ming!”

“Tapi, coba kau bayangkan. Sudah enam belas tahun aku hidup, tapi belum pernah sekalipun punya pacar. Padahal Heechul waktu umur enam belas tahun sudah tiga kali ganti pacar.”

“Aku juga sudah enam belas tahun tapi belum pernah pacaran.” Sahut Eunhyuk, “Kalau itu salahmu sendiri, tuh namja dan yeoja sudah banyak yang antri, kalau mau, kan kau tinggal pilih saja.” Muka Eunhyuk memerah, “Tak ada yang aku suka, semuanya bukan tipeku.”

Aku baru hendak menjawab perkataan Eunhyuk, ketika tiba-tiba sesosok  tubuh tegap lewat di dekat kami. Hatiku berdesing saat dilewatinya.

Namja itu melangkah cuek. Dia Donghae. Top ten namja paling cool di sekolah. Namja yang sudah aku suka sejak pertama kali melihatnya di sekolah ini.dia kelas 2E sementara aku kelas 2C. sayang sekali…

Aku merasa Donghae punya perhatian khusus padaku, atau mungkin hanya perasaanku saja? Aku sering melihatnya tengah curi-curi pandang kearahku. Seperti sekarang. Ketika hampir melewati gerbang sekolah, namja itu mendadak menoleh kearahku, mata kami bertubrukan. Sesaat tubuhku terasa beku, wajahku memanas. Buru-buru kualihkan pandanganku kearah lain.

Donghae  juga melengos, tapi aku sempat melihat wajahnya memerah.

“Dia melihat kesini.” Bisikku pada Eunhyuk.

“Iya, aku lihat. Wajahmu sampai memerah begitu, Ming?” ujar Eunhyuk

“Kau benar-benar suka dia, Ming?” eunhyuk menatapku dengan tatapan menyelidik. Aku merona lagi. “Sangat. Belum pernah aku merasakan perasaan seperti ini. Rasanya dalam banget.”

“Ah, kau selalu mengatakan hal begitu setiap kali naksir seseorang. Dulu kau bilang tidak bisa suka dengan yeoja lain selain Suzy. Terus kau bilang lebih baik tak usah pacaran kalau bukan dengan Daehyun. Belum jarak tiga bulan kau bilang kalau cintamu ke Chansung lebih besar daripada rasa cinta semua orang didunia di gabungin.”

“Ah, kau merusak suasana saja, Hyuk.” Eunhyuk hanya nyengir.

“Menurutmu dia juga suka denganku, tidak?”

“Mana aku tahu. Aku, kan bukan paranormal. Eh, tapi kalau melihat cara dia memandangmu kemungkinan dia juga naksir kamu.”

“Kalau begitu aku akan nembak Donghae.” Ucapku tiba-tiba.

“Mwo? Kau bercanda?”

“Aniya… aku serius. Bahkan aku sudah menyiapkan rencananya dan menetapkan harinya. Yaitu besok!” ucapku bersemangat.

.

.

~oOoOo~

.

.

Pulang sekolah aku bertemu lagi dengan Donghae. Dan surprise! Dia tersenyum ! saking kagetnyta, aku melakukan tindakan bodoh. Aku terdiam dan sama sekali tak membalas senyumnya. Beberapa menit kemudian aku tersadar dan merutuki tindakan bodohku. Bisa-bisa Donghae mengira aku tak membalas sinyal positifnya. Arrghh… Sungmin pabo!

.

.

~oOoOo~

.

.

Di kamar, aku berusaha menenangkan hatiku. Aku sudah memantapkan hati, aku akan menulis surat buat Donghae dan memberikannya besok. Menjelang malam baru surat itu jadi. Benar-benar ajaib, hanya membuat surat seperti ini membutuhkan waktu setengah hari penuh!

.

.

~oOoOo~

.

.

Eunhyuk tertawa keras membaca surat yang kubuat. Buru-buru ku rebut surat itu.

“Kau benar-benar nekad, Ming…” ujar Eunhyuk di sela tawanya.

“Apapun akan aku lakukan demi Donghae tercinta…”, “Ciee….” Sorak Eunhyuk heboh.

“Tpi, Hyuk. Aku butuh bantuanmu. Tolong serahin surat ini ke Donghae, ya?” bujukku. Semula Eunhyuk menolak namun begitu aku mengeluarkan aegyo-ku akhirnya ia luluh juga.

.

.

.

.

“Ingat. Pas kamu ngasih surat ini ke Donghae jangan sampai ada yang melihat.” Ujarku. “Ne kau tenang saja.” Jawab Eunhyuk yakin

Tak berapa lama kemudian, Eunhyuk kembali dengan wajah sumringah, “Berhasil!”ucap Eunhyuk bersemangat. Seketika wajahku semakin memerah penuh harap.

.

.

~oOoOo~

.

.

Sudah hampir seminggu aku menunggu surat balasan dari Donghae, namun balasan itu tak kunjung datang. Aku mulai gelisah. Apa mungkin dia tak menyukaiku? Tapi kalau dia tak suka kenapa dia sering curi-curi pandang kearahku?

.

.

.

Sudah empat belas hari. Namun belum juga ada balasan dari Donghae, “Tanyakan langsung saja dengannya.” Usul Eunhyuk. Aku mengkeret, “Aku tak berani…”

“Daripada kau gelisah seperti ini terus, lebih baik kau tanyakan saja padanya.” Perkataan Eunhyuk ada benarnya juga. Aku terdiam. Akhirnya kuputuskuan untuk menemui Donghae sepulang sekolah.

.

.

.

Saat akhirnya bel pulang sekolah berbunyi Eunhyuk mengepalkan kedua lengannya seraya berkata ‘Fighting!’

Aku mengintip ke kelas Donghae, sudah sepi. Tapi namja itu masih duduk di kursinya seraya menulis. Begitu selesai, dia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar. Tanpa pikir panjang aku mencegatnya,

“Tu..Tunggu.” panggilku spontan. Donghae berhenti dan membalikan tubuhnya.

“Kau siapa?” hah? Apa-apapaan ini? Dia tak mengenalku?aku makin bingung.

“Aku… Sungmin,” jawabku gugup. “Oh, yang ngirim surat itu, ya?” jawabnya dingin, “Nih, aku kembalikan suratmu. Maaf, aku tak punya perasaan apapun padamu.” Ujarnya kemudian berjalan pergi meninggalkanku.

“Tungguuu…”

“Eh, kau mau apa?” Donghae menoleh kaget.

“Kau boleh menolakku. Tapi berika penjelasan!”

“Penjelasan? Penjelasan apa? Aku bahkan tak mengenalmu.”

“Bagaimana mungkin kau bilang tak mengenalku, padahal kau selalu nyuri-nyuri pandang setiap kali kita bertemu. Bukan Cuma sekali dua kali. Tapi sering!”

“Kau GR, ya? Jujur, aku tak pernah merasa menatapmu. Mungkin itu imajinasimu sendiri!” balas Donghae pedas. “Tapi waktu kau menerima surat dari temanku, kau kaget sampai tersedak, kan? Kalau kau tak ada perasaan apapun padaku kenapa kau kaget?”

Donghae terdiam.

“Memang aku tak boleh kaget, ya? Eunhyuk datang tiba-tiba pas aku lagi sedang makan. Bagaimana aku tak kaget?”

“Eunhyuk? Darimana kau tahu kalau temanku bernama Eunhyuk?” rona merah mendadak menyemburat di wajah Donghae.

“Jadi dia yang kau sukai?” tanyaku lirih. “Jadi dia yang kau pandangi selama ini?” Donghae terdiam kemudian tak berapa lama ia mengangguk.

.

.

~oOoOo~

.

.

Tiga hari penuh aku mendiamkan Eunhyuk. Berkali-kali Eunhyuk mendekatiku, tapi mundur lagi ketika ku bentak. Sebenarnya aku tak tega, biar bagaimanapun Eunhyuk adalah sahabat terbaikku semenjak SD. Tapi aku tak bisa mengendalikan perasaanku, ketika ingat Donghae menyukainya, rasanya aku ingin meledak.

Setelah seminggu penuh saling diam, akhirnya Eunhyuk menghampiriku, “Kau tak boleh pergi sebelum bicara denganku.” Ucapnya seraya menghadangku.

“Mwo?” sahutku tak berminat, “Seminggu ini kau aneh!  Kau menjauhiku, memusuhiku. Apa aku sudah tak pantas lagi jadi sahabatmu?” aku terpaku. Perasaan bersalah mulai menjalari hatiku. Aku mulai merasa begitu egois telah menjauhi sahabatku sendiri.

“Ada apa sebenarnya, Ming?”

“Donghae menolakku. Dia…dia ternyata tak mengenalku, Hyuk. Mungkin ramalan itu benar. Aku tak akan punya pacar selamanya…” sahutku putus asa.

“Apa yang kau bicarakan? Jangan bilang kau percaya dengan ramalan tak masuk akal itu? Sebaiknya kita pulang sekarang.”

“Eh, Hyuk… sebenarnya…” aku mulai menimbang-nimbang apakan aku harus mengatakannya pada Eunhyuk?

“Ne?”

“Sebenarnya Donghae menyukaimu…”

“Hah?” Eunhyuk terperanjat.

“Selama ini kau salah paham. Sebenarnya yang Dia pandangi selama ini adalah kau.” Ucapku lirih.

“So what? Biarkan saja dia suka dengan siapa. Itu hak dia, kan?” Ujar Eunhyuk riang.

“Tapi kau tak menyukainya, kan?”

“Tentu saja tidak!”

 

.

.

~oOoOo~

.

.

Sebulan telah berlalu. Aku kini tengah berjalan menuju kantin dengan mengendap. Bagaimanapun aku masih malu jika harus bertatap muka dengan Donghae. Tiba-tiba segerombol yeoja lewat di dekatku,

“Sepertinya kau harus bersiap patah hati, Yoon.” Ujar seorang gadis yang kutahu bernama Sunny pada temannya, Yoona.

“Memang kenapa?” Tanya gadis lain yang bernama Jessica penasaran.

“Kau tahu? Donghae sudah punya kekasih sekarang.”

“Tidak mungkin!” bantah Yoona tak percaya.

“Aku melihatnya sendiri, kemarin mereka pulang berdua. Mereka mesra sekali, bahkan Donghae merangkulnya mesra.” Ujar Sunny bersemangat.

“Siapa kekasihnya?”

“Itu, namja manis yang kalau tak salah namanya, Eunhyuk.” Seketika aku membelalak. Eunhyuk?

.

.

~oOoOo~

.

.

Karena penasaran dengan obrolan para yeoja di kantin tadi, akhirnya kuputuskan untuk membuntuti Eunhyuk. Memang beberapa hari ini, selalu saja ada alasannya menghindar jika ku ajak pulang bersama.

Aku bersembunyi di balik pohon besar. Pukul dua lebih lima belas aku hampir putus asa menunggu. Namun tiba-tiba aku melihat sepasang namja sedang berjalan bersama. Sesekali sang uke bergelayut manja pada namja yang berjalan bersamanya.

Jantungku nyaris berhenti berdetak. Itu… Donghae dan Eunhyuk.

 

.

.

~oOoOo~

.

.

sore harinya aku memutuskan untuk pergi ke rumah Eunhyuk, “Hey, Ming tumben kau kemari. Ada apa?” Tanya Eunhyuk ceria.

Aku menatapnya dingin, “Tak usah berpura-pura lagi, Hyuk. Tadi siang aku melihatmu pulang dengan Donghae. Kalian pacaran, kan?” wajah Eunhyuk pucat pasi

“Penghianat!”

“Min-ah, dengarkan aku dulu…”

“Sudahlah, Hyuk. Jangan khawatir. Aku tak akan mengganggu hubungan kalian berdua, kok.” Aku berbalik hendak pulang, namun Eunhyuk mencegahku.

“Aku tahu, aku salah, Min. aku sebenarnya tak berniat menyembunyikannya darimu.”

“Munafik! Kau bilang kau tak menyukainya!”

“Aku… aku betul-betul menyukainya…”

“Tapi kau bilang kau tak menyukainya!” sambarku.

“Aku tak bisa berterus terang di depanmu yang sedang patah hati. Kau tak tahu, Min… aku sudah menyukai Donghae sejak pertama kali melihatnya. Sebenarnya dia satu-satunya orang yang aku suka, itulah alas an kenapa aku selalu menolak pernyataan cinta yang ku dapat selama ini. Tapi… kemudian aku tahu bahwa kau juga menyukai Donghae. Hal ini berat buatku. Demi menjaga perasaanmu, aku memutuskan melupakan Donghae. Aku tak mau bersaing denganmu. Tapi ternyata Donghae menolakmu. Apalagi beberapa hari kemudian Donghae kesini dan nyatain perasaannya. Aku betul-betul bingung.aku tak bisa menolaknya. Aku mencintainya… apa salah kalau aku dan Donghae saling suka?”

“Pikir aja sendiri!” bentakku kasar kemudian pergi. Saat itu kuputuskan persahabatan kami berakhir.

 

.

.

~oOoOo~

.

.

 “Aku diterima! Aku diterima!” teriak Ryeowook heboh.

“Ada apa, Wookie-ya?” Tanya Umma.

“Aku diterima kerja di GolgRiver. Itu salah satu perusahaan konsultan terbesar di kota ini!”

“Wah, hebat kamu, chagi…” Umma memeluk Ryeowook.

“Ramalan perempuan tua itu memang benar-benar terjadi!” serunya. Ryeowook melirikku sambil nyengir. Aku berjengit sebal.

.

.

.

“Hyung… Sungmin Hyung…” aku tersentak. Menoleh. Kibum duduk disampingku sambil nyengir.

“Melamun, ya?” Tanya Kibum, “Ani… sok tahu. Pergi sana.” Usirku.

“Ada hal penting yang harus Hyung tahu.” Kibum mulai membuka bukunya. Aku tercengang. Lebih baik aku pergi daripada mendengar kuliah dadakan dari Kibum. Tanpa pikirdua kali aku langsung bangkit.

“Yakin mau pergi? Ini tentang ramalan fudus, loh…”

“Ada apa?” tanyaku akhirnya menyerah.

Kibum menyodorkan buku yang ia pegang, sontak mataku membulat, disana tertulis “Fakta Bahwa Ramalan Paling Benar Tak Selalu Benar” mataku menelusurinya penuh minat.

“Betulkan apa yang aku bilang? Ramalan itu Cuma omong kosong!” ujarku senang.

“Sebenarnya tak begitu, Hyung… sebenarnya setelah Robert Welsinki tak ditemyukan lagi ramalan fudus yang salah…” seketika kebahagiaanku luntur.

“Eh, tapi mungkin kau bisa menolak ramalan itu dengan cara mensugesti dirimu sendiri. Kau harus menolak sugesti ramalan tersebut!”

“Bagaimana caranya?” tanyaku penasaran. Kemudian Kibum mengeluarkan buku tebal dan menyodorkannya padaku.

“Hmm.. tak bisakah kau saja yang menjelaskan isi dari buku ini?” tanyaku sangsi.

“Hmm… aku mau, sih… tapi aku tak bisa. Aku mau jalan-jalan dengan Kui Xian.” Ucapnya malu-malu.

“Kui Xian? Nugu?”

“Namjachinguku”

“Mwo?” ucapku kaget. Bagaimana mungkin? Kibum bahkan baru kelas 2 Junior High School.

“Kui Xian sudah datang. Aku pergi dulu, ya!”

Dia berlari keluar, meninggalkan aku yang masih shock.

 

.

.

~oOoOo~

.

.

Waktu bergulir cepat, tak terasa sebentar lagi hari pernikahan Jaejoong dan Yunho. Umma begitu repot mengurus kami. Menyiapkan segala pakaian dan keperluan kami. Belum lagi Ryeowook dan Heechul yang selalu bertengkar hanya karena memperebutkan hal-hal kecil. Betul-betul kekanak-kanakan.

“Sungmin… kamu cepat telepon Eunhyuk. Umma ingin dia mencoba tuxedo ini. Kelihatannya pas di tubuhnya.” Ujar Umma. Aku mmemutar bola mataku sebal.

“Untuk apa meneleponnya?” tanyaku dingin.

“Dia, kan akan jadi penerima tamu. Kau ini bagaimana?” aku tersentak. Benar, dulu aku yang memintanya untuk menemaniku di acara ini. Dulu. Sebelum kami bermusuhan seperti sekarang. Aish, mau tak mau aku harus meneleponnya.

“Yeoboseyo…” ucapku ketus.

“Sungmin? Benar ini kau?” ujar Eunhyuk senang.

“Umma menyuruhmu kemari buat nyobain baju yang akan di pakai buat pesta Jaejoong. Kau datang saja sekarang.”

“Oke… aku…”

Klik. Telepon segera kututup.

Tak berapa lama Eunhyuk datang dengan wajah ceria. Namun aku hanya menatapnya dingin.

.

.

.

“Ming, aku ingin bicara.” Ujar Eunhyuk setelah kami mencoba pakaian untuk kami kenakan nanti.

“Tak ada yang perlu kita bicarakan.”

“Jebal hanya lima menit.” Aku mendengus, “Baiklah lima menit.”

“Aku sudah putus dengan Donghae.”

“Tak ada hubungannya, kan denganku? Donghae bukan siapa-siapaku. Kau juga bukan siapa-siapa.” Eunhyuk menatapku dengan tatapan terluka.

“Ming… aku putus dengannya demi kau… aku sudah memutuskan kalau persahabatan kita lebih penting. Jebal, maafkan aku, Ming.”

“Benar kalian sudah putus?” Eunhyuk mengangguk mantap.

Aku tersenyum. Eunhyuk menubrukku dan memelukku erat.

 

.

.

~oOoOo~

.

.

Beberapa hari ini sikap Eunhyuk benar-benar aneh. Dia jadi sering terlambat, jarang mengerjakan PR, dan terkadang terlihat murung.puncakknya hari ini. Dia terlihat pucat. Sebanarnya ada apa dengannya?

“Hyuk, kau kenapa? Apa kau sakit?” tanyaku cemas.

“Aniya… gwaenchana.” Jawabnya lemas

.

.

.

Hari ini Eunhyuk tak masuk sekolah, aku menelepon ke rumahnya, kata Umma nya dia sakit. Begitu bel pulang kuputuskan untuk ke rumahnya.

“Donghae?”

“Sungmin, aku ingin bocara denganmu sebentar.” Aku terperangah, kemajuan! Sekarang dia tahu namaku.

“Sebenarnya…sebenarnya aku tak boleh mengatakannya… tapi… aku tak sanggup melihatnya terus menderita. Liat dia menderita membuatku jadi ikut menderita…”

“Min, mungkin ini sulit untukmu. Tapi aku mohon pengertianmu. Biarkan kami bersama lagi. Jangan halangi kami…” Donghae menatapku memohon, kemarahanku menggelegak.

“Menghalangi kalian? Gak salah? Apapun yang terjadi dengan kau dan Eunhyuk itu urusan kalian. Sama sekali tak ada hubungannya denganku!”

“Eunhyuk sudah mengorbankan segalanya buatmu! Kenapa, sih kau tak bisa berkorban sedikit buat dia? Kau terlalu egois dan kekanak-kanakan. Perbuatanmu ini… seperti nyuruh orang membuang pialanya ke sungai karena dia berhasil jadi juara pertama, sementara kau gagal…” wajahku merah padam. Kata-katanya benar-benar kasar!

“Seharusnya kau yang berpikir. Mungkin orang itu membuang piala itu bukan karena disuruh. Tapi karena piala itu sampah dan memang pantas dibuang!”

Wajah Donghae kini sama merahnya denganku.

 

.

.

~oOoOo~

.

.

 “Sudah aku bilang jangan katakan apapun ke Sungmin!” sontak aku terdiam di depan pintu kamar Eunhyuk.

“Aku tahu, kau jadi begini karena memikirkan kita, kan? Buktinya setelah kita putus kamu jadi pemurung begini? Kau bahkan sakit!”

“Sok tahu! Aku memang sakit tapi bukan gara-gara kau…”

“Jangan menyangkal, Hyuk! Buat apa, sih kau mengorbankan diri buat orang yang sama sekali tak bisa memahamimu?” ujar Donghae marah. Hatiku serasa tercabik. Donghae benar, aku memang egois. Donghae melangkah pergi meninggalkan kamar Eunhyuk. Sekilas dia melirikku dingin kemudian pergi.

Sudah kuputuskan, aku harus kembali menyatukan mereka.

 

.

.

~oOoOo~

.

.

Akhirnya, hari pernikahan Jaejoong tiba juga. Aku juga bersyukur. Donghae dan Eunhyuk kini kembali berpacaran, bahakan kami bertiga kini bersahabat. Tapi hari ini Donghae tak datang. Kata Eunhyuk, Donghae sedang sibuk. Aku tersenyum bahagia. Setidaknya mala mini aku tidak sendirian. Ada Eunhyuk yang menemaniku.

.

.

.

“Sungmin Hyung, aku mengenalkan Hyung pada seseorang.” Ujar Kibum riang.

“Kui Xian?” tebakku tanpa pikir panjang, “Dia jadi datang, ya?” Kibum mengangguk, “Jadi, dong!”

“Nah, itu dia!”

“Yang mana?” aku menduga Kui Xian pasti tipe namja kutu buku. Tinggi, kurus, berkacamata tebal, dan sikapnya canggung.

“Itu, ya? Yang pakai baju hitam?”

“Bukan. Sebelahnya, yang pakai kemeja merah tua…”

Wow! Aku sampai-sampai harus menutup mulutku, “Tidak mungkin. Kamu pasti bercanda.” Seruku parau.

“Bercanda? Gak, kok. Aku serius!” Kibum melambai kearah namja itu. Namja itu balas melambai sambil tersenyum. Kalau Kibum tak bilang namja itu adalah Kui Xian, pasti aku sudah megira kalau dia salah satu personil dari boyband Super Junior. Aku langsung lemas. Jantungku berdegup cepat, tangan berkeringat, dan suaraku jadi gemetar.

Aku bersumpah, jika dibandingkan dengan Donghae, Donghae sama sekali tak ada apa-apanya! Kui Xian mendekat seraya menyodorkan tangannya,

“Kui Xian. Kui Xian Cho…” ujarnya memperkenalkan diri.

“Sungmin…” kataku terbata.

“Kui Xian seumuran dengan Sungmin Hyung,” sahut Kibum, “Sungmin Hyung juga kelas 2 SMA.”

“2 SMA?” Kui Xian terlihat bersemangat. “Di sekolah kamu fisikanya sudah sampai mana? Sudah masuk ke daya ungkit?”

Aku tercengang, hey, ini pesta! Kok, ngomongin fisika?

“Da..Daya ungkit sepertinya sudah.”

“Wah, cepat juga,” sahut Kui Xian. “Sudah sampai ‘Implementasinya dalam Kehidupan Sehari-hari’?”

“Eh…ud..udah…” sahutku, tak tahu harus bilang apa.

“Wah, cepat juga! Berarti sekolahku kalah jauh. Masa sekarang baru sampai hokum Archimedes. Parah, tuh guru fisikanya. Kalau matematikanya sudah sampai mana?”

Astaga… tak ada topik lain, ya?

“Ehmm.. sampai phy…phytagoras, deh kayaknya,” sahutku gelagapan. Kui Xian mengagguk paham. Aku langsung ambil kesempatan untuk mengalihkan pembicaraan, “Eh, ngomong-ngomong kamu berapa bersaudara?”

“Cuma dua, aku Cuma punya satu namdongsaeng,” jawab Kui Xian.

“Eh, Min, waktu kamu kelas satu pernah diajarin rumus singkat ngitung volume ruang bersisi-n, gak?”

Volume ruang bersisi-n? makanan apalagi tuh? Beruntung saat itu Ryewook lewat bersama Yesung, Namjachingunya. Kibum cepat-cepat memanggil mereka untuk dikenalkan pada Kui Xian.

Saat mereka sibuk berbasa-basi aku langsung menyelinap pergi.

TBC

13 tanggapan untuk “FF KYUMIN | FUDUS ORORPUS | REMAKE | YAOI | PART 1”

  1. Dari judulnya saja sudah menarik aq buat baca, ternyata pas baca ceritannya bagus beuth…

    Sungming paling jelek…
    Gak…
    Sungminku makhluk paling imut dan seksehhhh se dunia… #di lempat golok sama kyuhyun…

    Ijin buat baca kelanjuttannya yak…^^

  2. kya kya kya ming oppa pasti cengo noh di ajak ngobrol ama kyu oppa, tapi yang dibahas pelajaran xD

    moga gak bener” cocok noh ramalan, pan kasian ming oppa Dx

  3. Huweeee sungmin kasian 😦
    dasar nenek2 sok tau! Huh Sungmin my cutie boy ga mungkin jd perjaka tua.
    Dan apa itu? Sungmin jelek? Sungmin tuh yg plg imut, sexy, cantik di antara mereka! Huh kesel gw

  4. Ya ampun min.. nasibmu sunggun malang… yang sabar ya min…
    Pasti bakal ada jodoh buat kamu…

  5. Sungmin labil bgt hahaha cem abg2 yg baru tau cinta kkkkkkk min min xp
    Tp itu heechul ama ryeowook sadis amat ya omongannya -.-
    Tp itu kui xan sama kyuhyun ntar beda apa sama :O

  6. Halloo,reader br nihhh,waah setelah obrak-abrik google ketemu fic br jugaa,hihihi
    Wahh kok kasian bgt ama takdirnya minn
    Aduh penasaran kui zian itu kyuhyun kan?kok pacaran ama bum yaa

  7. Haiii..
    Aku reader baruu..
    Numpang obrak abrik wp nya ya..

    Duh kasian banget klo Ming smpe jdi perjaka tua. Semoga tuh ramalan ga bener dah..

    Ini pertama kali baca ff KyuMin. Jadi bingung gmn mau review.. Wkwkwk..

  8. hallo aku reader baruuu ijin baca ne?

    wah pasti min kaget bgt tuh ya, klo tau dia bakal jdi perjaka tua hehe tpi kasian juga sih u__u smoga ramalannya ga benerrr

Tinggalkan Balasan ke kyumi wijayanti Batalkan balasan